seperti ini caraku ...

Sudah lama kita tidak bertemu,
sudah lama kita tidak bersalam sapa,
sudah lama kita tidak berkirim pesan,
sudah lama kita tidak berbasa basi sampai larut malam..

Maaf …
aku yang memulai semua ini,
mungkin kamu tidak mengerti mengapa aku bertingkah seperti ini..
mungkin kamu bingung mengapa aku menghindar dan berbicara hanya seperlunya..

Maaf …
membuat kamu bosan menunggu,
membuat kamu merasa tidak nyaman dengan ku,
membuat kamu bertanya tanya apa mau ku ..

Maaf …
bila aku selalu membuat kamu merasa bahwa semua salahmu,
bila aku tidak berterus terang apa mau ku,
dan bila aku tidak dapat jujur dengan perasaan ini padamu..

Aku juga bingung..
harus ku mulai dari mana semua ini ?
harus bagaimana aku merangkai kata kata untuk dapat berterus terang pada mu ?
harus bagaimana aku mencintai mu ?

Setiap kali ku melihat teman teman mu,
mata ini slalu mencari
apakah dirimu berada diantara mereka ?
apakah dirimu juga mencari ku ?

Aku tau..
aku bisa merasakannya,
kamu canggung untuk memulai nya seperti dulu,
tapi apalah daya ku, aku hanya takut ini terlewat batas..

Maaf …
sungguh aku minta maaf,
aku tau kamu capek dengan sikap ku yang sekarang..
tapi aku hanya berharap, dengan ini aku tidak akan mengganggu mu..

Aku tau…
dengan hadirku,
kamu merasa terganggu..
kamu merasa terkekang dengan semua nasihat dan perintah ku..

Karna itu aku menghindar untuk saat ini,
aku membatasi semua komunikasi kita..
aku menjauh..
dan mencoba untuk tidak mengganggu mu..

Memang terkadang aku merasa rindu,
aku merasa rindu dengan semua perhatian mu..
ucapan manis “pagi dan malam” mu
aku harus menahan semua rindu itu …

Mencintai mu dalam diam ku,
menjaga mu lewat do’a ku..
lebih ku suka…

Dari pada sering berjumpa dengan mu,
hafal bagaimana senyuman mu,
saling perhatian dalam suatu pesan singkat..
tapi membuat Allah murka kepada ku..
 
Bersabarlah..    
bila kamu benar orang yang tepat untukku,
bila kamu lah takdir yang Allah berikan kepada ku,
Allah akan slalu menjaga nama mu dengan baik di dalam lauhul mahfudz ku..

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Satu Dekade Bersama Abu

Gambar
Hari ini, aku ingin menuliskan sesuatu yang begitu berarti buatku. Tentang sosok kecil berbulu yang sudah menjadi bagian dari hidupku dan keluargaku selama hampir satu dekade. Namanya Abu. Seekor kucing abu-putih yang bukan sekadar hewan peliharaan—dia adalah teman, sahabat, dan keluarga. Abu hadir di hidup kami karena sebuah takdir indah. Saat itu, adikku, Aqra, menemukan beberapa anak kucing yang dibuang orang di pinggir jalan. Di antara mereka semua, hanya satu yang langsung nurut dan diam di pelukan adikku. Dialah Abu. Sejak saat itu, kami membawanya pulang dan sejak hari pertama, Abu seperti tahu bahwa rumah kami adalah rumahnya. Aku dan keluargaku membesarkan Abu bersama-sama. Kami menyayanginya sepenuh hati, dan dia pun tumbuh dalam lingkungan yang penuh cinta. Terutama papahku, yang sangat menyayangi Abu. Abu sering duduk di dekat papah saat beliau bersantai di rumah, dan mereka seperti punya bahasa sendiri untuk saling memahami. Hari ini, saat Abu dimakamkan, aku melihat sendi...
Baca selengkapnya

Angka pernikahan di Indonesia menurun drastis !!

Pernah denger ga kalau Indonesia itu menjadi salah satu negara Fatherless ke 3 di dunia ??? Hal ini aku kutip saat aku menyelesaikan skripsi ku yang berjudul "Father involvement and self-control on Adolescent smoking behavior" figur seorang ayah jarang hadir, sedangkan menjadi ibu dituntut untuk menjadi sempurna.. Pernikahan di Indonesia berarti juga menikahi keluarga nya.. dan yang menjadi masalah adalah ketika laki - laki tidak paham akan tanggung jawab ketika menjadi kepala keluarga, tetapi tetap memutuskan untuk menikah.. Belum lagi kasus KDRT, berjudi, mabuk - mabukan, perselingkuhan, pinjol yang membuat perempuan dewasa saat ini berpikir "pernikahan adalah sebuah momok/sumber penderitaan" Ketika perempuan dan laki - laki semakin aware dalam memilih pasangan, jika keduanya memiliki standar yang tinggi maka secara alami baik laki-laki maupun perempuan akan mengupgrade dirinya supaya bisa setara.. Setara ini efeknya akan melahirkan anak yang cerdas dengan moral...
Baca selengkapnya

Finding My Safe Place in a Noisy World

Ternyata, it’s true—finding the right listener means a lot. Karena bahkan orangtua sendiri nggak selalu bisa jadi tempat pulang dalam hal ini. Mencari orang yang baik itu mungkin gampang. Tapi nyari seseorang yang truly gets you, yang gets your vibe, your thoughts, your silence—that’s rare. I genuinely respect people yang peka sama detail kecil dari diri kita. Yang nginget hal-hal random tapi penting buat kita, kayak “kamu suka kopi tapi gak suka pahit”, atau “kamu pernah bilang hari Rabu itu hari paling berat”. It feels like, whoa, you actually listen to me. That kind of presence hits different. Bikin kita ngerasa dihargai, ngerasa berarti. Kadang kita nggak butuh solusi. We just need someone who says, “I’m here. I got you.” Kehadiran yang tulus itu priceless. Kita cuma pengen cerita tanpa dibilang drama, tanpa dibanding-bandingin, tanpa dibilang "cuma segitu doang masalahnya?" Ada saat-saat di mana kita merasa invisible. We talk, but no one listens. We cry, but people think...
Baca selengkapnya