Dewasa itu...
Dari dulu, aku berpikir aku bosan menjadi anak kecil. Aku ingin tumbuh dewasa seperti orang-orang yang bebas pergi kemana saja tanpa harus meminta izin orangtuaku. Hari berganti hari, tahun berganti tahun. Hari ini, aku sudah mulai berada difase remaja, menuju masa dewasa dan mulai melihat dan merasakan bagaimana arti dari kedewasaan yang dari dulu aku impikan. Makin kesini, aku makin merasakan betapa sakitnya menjadi dewasa. Hal-hal yang terasa aneh, semua terjadi begitu saja. Aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya, dikecewakan berkali-kali, diberi harapan palsu, semua yang terjadi tidak sesuai espektasi, dan lain sebagainya.
Aku pikir, dulu saat aku masih anak-anak, menjadi dewasa itu menyenangkan. Membeli apapun yang kumau dengan hasil kerjaku, pergi kemanapun yang aku suka, berfoto ria dibawah cakrawala senja dipinggir pantai, bepergian bersama teman dan sahabat, tertawa di pesta ulang tahun ku yang mewah. Namun, sepertinya aku harus meninjau kembali pemikiranku itu. Menjadi anak-anak lebih menyenangkan. Tak ada beban pikiran, tak ada yang harus kukejar. Semua terjadi begitu saja, dan aku sangat menikmatinya. Ibuku yang memanggilku pulang setelah bermain di sore hari, ah indahnya masa itu. Seragam putih merah yang pernah kukenakan, menjadi saksi bisu bahwa aku pernah nakal, menjadi anak nakal yang akan dimarahi orangtua.. Ah jika aku bisa memutar waktu, aku ingin kembali ke masa itu.
Dewasa mungkin menyenangkan, aku mengerti banyak hal, belajar banyak hal, mengetahui banyak hal. Namun, disamping itu semua, aku rindu kenangan masa kecilku dulu, kenangan indah dimasa itu, saat aku menjadi anak kecil lugu yang gatau apapun tentang perihnya kehidupan. Sekarang aku sudah dewasa, seharusnya aku siap menghadapi apapun yang akan terjadi walaupun semua terjadi diluar espektasi. Kenangan manis dimasa kecil, desaku, ibuku, ayahku, semuanya biarlah menjadi kenanganku tersendiri. "Memories, do not open." Ibuku yang sampai detik ini masih mendukungku, walaupun aku sudah menjadi dewasa. Ayah yang selalu menganggap ku anak kecilnya, aku senang dengan semua itu. Ibu selalu menganggapku bayinya, menegurku jika salah, dan tetap memberitahuku bagaimana melakukan sesuatu, meskipun aku sudah tau tentang itu.
Orang tuaku, kekasih pertamaku, keluarga tercintaku. Bukan orang lain, orangtua ku lah kekasih pertamaku. Dukungan kalian selalu mengiringiku, sampai detik ini, sampai detik yang tidak pernah aku harapkan. Kalian semua, aku harap, bisa bahagia sampai menua nantinya. Ibu, ayah, anakmu sudah dewasa. Tapi bagi kalian, aku tetaplah bayi kecil kalian, yang membutuhkan tatacara melakukan sesuatu dari kalian. Tetaplah begitu bu, yah. Aku menyayangi kalian, aku menyukai pandangan kalian terhadapku. Aku mungkin sudah dewasa, tapi aku tetap menjadi bayi bagi kalian, karena aku menyukai masa kecilku. Aku merindukannya, dewasa tidaklah menyenangkan, tapi dewasa adalah sebuah fase untuk menciptakan kehidupan yang lebih menyenangkan bagi generasiku selanjutnya.
Aku pikir, dulu saat aku masih anak-anak, menjadi dewasa itu menyenangkan. Membeli apapun yang kumau dengan hasil kerjaku, pergi kemanapun yang aku suka, berfoto ria dibawah cakrawala senja dipinggir pantai, bepergian bersama teman dan sahabat, tertawa di pesta ulang tahun ku yang mewah. Namun, sepertinya aku harus meninjau kembali pemikiranku itu. Menjadi anak-anak lebih menyenangkan. Tak ada beban pikiran, tak ada yang harus kukejar. Semua terjadi begitu saja, dan aku sangat menikmatinya. Ibuku yang memanggilku pulang setelah bermain di sore hari, ah indahnya masa itu. Seragam putih merah yang pernah kukenakan, menjadi saksi bisu bahwa aku pernah nakal, menjadi anak nakal yang akan dimarahi orangtua.. Ah jika aku bisa memutar waktu, aku ingin kembali ke masa itu.
Dewasa mungkin menyenangkan, aku mengerti banyak hal, belajar banyak hal, mengetahui banyak hal. Namun, disamping itu semua, aku rindu kenangan masa kecilku dulu, kenangan indah dimasa itu, saat aku menjadi anak kecil lugu yang gatau apapun tentang perihnya kehidupan. Sekarang aku sudah dewasa, seharusnya aku siap menghadapi apapun yang akan terjadi walaupun semua terjadi diluar espektasi. Kenangan manis dimasa kecil, desaku, ibuku, ayahku, semuanya biarlah menjadi kenanganku tersendiri. "Memories, do not open." Ibuku yang sampai detik ini masih mendukungku, walaupun aku sudah menjadi dewasa. Ayah yang selalu menganggap ku anak kecilnya, aku senang dengan semua itu. Ibu selalu menganggapku bayinya, menegurku jika salah, dan tetap memberitahuku bagaimana melakukan sesuatu, meskipun aku sudah tau tentang itu.
Orang tuaku, kekasih pertamaku, keluarga tercintaku. Bukan orang lain, orangtua ku lah kekasih pertamaku. Dukungan kalian selalu mengiringiku, sampai detik ini, sampai detik yang tidak pernah aku harapkan. Kalian semua, aku harap, bisa bahagia sampai menua nantinya. Ibu, ayah, anakmu sudah dewasa. Tapi bagi kalian, aku tetaplah bayi kecil kalian, yang membutuhkan tatacara melakukan sesuatu dari kalian. Tetaplah begitu bu, yah. Aku menyayangi kalian, aku menyukai pandangan kalian terhadapku. Aku mungkin sudah dewasa, tapi aku tetap menjadi bayi bagi kalian, karena aku menyukai masa kecilku. Aku merindukannya, dewasa tidaklah menyenangkan, tapi dewasa adalah sebuah fase untuk menciptakan kehidupan yang lebih menyenangkan bagi generasiku selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar