When Trust Becomes a Gamble, Again

"Punya trauma dan trust issue itu menakutkan. Tapi yang lebih menakutkan? Saat kita sudah mulai percaya, lalu disakiti lagi."

Ada luka yang tak terlihat oleh mata,
tapi terasa dalam sekali di hati.
Saat seseorang pernah melukai kepercayaanmu,
rasanya sulit untuk membuka diri lagi.
Tapi kamu mencoba.
Dengan hati-hati, kamu biarkan seseorang masuk,
karena kamu berharap...
Mungkin kali ini berbeda.

Namun kenyataannya tak selalu seindah harapan.
Ketika kejadian yang sama terulang,
rasanya seperti jatuh di lubang yang sama.
Dan kamu mulai bertanya,
"Apa aku salah karena percaya?"

Jawabannya: tidak.

Percaya adalah keberanian.
Berani membuka hati meskipun pernah hancur sebelumnya.
Dan itu bukan kelemahan—itu kekuatan yang tak semua orang punya.

Seseorang yang sudah pernah terluka,
namun tetap memilih untuk mencintai lagi,
adalah orang yang paling berani.

Aku tahu...
disakiti untuk yang kedua kali bukan hal yang mudah.
Luka lama kembali terasa.
Dan kamu mulai berpikir untuk menutup diri,
menghindari rasa sakit yang sama.

Tapi kamu tahu?
Kamu layak untuk bahagia.
Kamu layak untuk dicintai tanpa rasa takut.
Kamu layak mendapatkan seseorang
yang tidak perlu kamu ragukan,
karena dia hadir bukan hanya dengan kata,
tapi dengan bukti.

Proses healing itu tidak instan.
Tidak harus kuat setiap waktu.
Tidak harus memaafkan secepat kilat.
Kamu boleh menangis.
Boleh merasa kecewa.
Boleh merasa lelah.
Asal jangan pernah berhenti percaya...
bahwa masih ada cinta yang tulus di luar sana.

Kamu bukan trauma itu.
Kamu bukan kegagalan dari masa lalu.
Kamu adalah seseorang yang sedang tumbuh,
meski seringkali merasa patah.

Karena di balik luka yang terus terbuka itu, ada kamu—yang lebih kuat dari yang kamu kira. Yang pantas dapat cinta yang tidak membuatmu bertanya-tanya. Yang layak diperlakukan dengan jujur, dihargai, dan dijaga.

Remember this:
Someone breaking your trust doesn’t define your worth.
It defines their character, not yours.
You are still kind. Still worthy. Still deserving of love that feels like peace—not war.

Pelan-pelan, ya.
Jangan terburu-buru sembuh.
Berikan ruang untuk hatimu bernapas.
Untuk jiwamu kembali tenang.
Untuk harapanmu tumbuh lagi.

Karena suatu hari nanti,
akan ada seseorang yang berkata:
"Tenang, kamu nggak harus takut lagi. Aku di sini, untuk jaga hatimu, bukan melukainya."

Dan dia akan membuktikannya.
Tanpa banyak janji, tanpa banyak kata.
Hanya lewat kehadiran yang terasa aman.

Until that day comes, walk with your head held high.
You are not broken.
You are a warrior.
And warriors—no matter how many times they fall—always rise.

“Healing is not linear, but every small step forward is still progress.”

Don’t rush it, don’t fake it.
Feel it, live it, and let it shape you—not define you.

Because you are more than your past.
You are the sunrise after a long night.
You are soft, but never weak.
You are a heart that refuses to give up, even when the world gives you a reason to.

And that, my dear,
is bravery.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Satu Dekade Bersama Abu

Angka pernikahan di Indonesia menurun drastis !!

Finding My Safe Place in a Noisy World